Bea Cukai Bantah Tahan Mobil "Semar" UGM

"Semar" mobil hemat buatan UGM
Sumber :
  • ANTARA/Regina Safri

VIVAnews - Bea dan Cukai dituding menjadi penyebab lamanya proses kembalinya mobil konsep ramah lingkungan karya mahasiswa Universitas Gadjah Mada (UGM). "Semar" - demikian mobil itu diberi nama - tertahan hingga 2,5 bulan.

Pihak UGM mengeluhkan, lamanya proses membuat biaya yang harus dikeluarkan membengkak. Tim Semar harus membayar total Rp110 juta hanya untuk mengirim pulang dua mobil.

Apa sebenarnya yang menghambat kepulangan "Semar"?

Kepada VIVAnews.com, Kepala Seksi Bimbingan Konsultasi KPU Bea dan Cukai Tanjung Priok, Arif Rahman mengungkapkan, mobil-mobil milik ITS, UGM, UI sudah selesai diproses. "Yang mobil ITB masih proses, kami sedang teliti permasalahannya," kata dia Rabu 12 Oktober 2011 sore.

Dia menjelaskan, mobil-mobil karya mahasiswa itu memakai fasilitas pembebasan ekspor dan impor. "Barang produk dalam negeri, dieskpor dalam jangka waktu tertentu, lalu diimpor lagi," kata dia.

Saat kepulangan barang, Arif menambahkan, Bea Cukai harus memastikan barang yang pulang harus sama dengan yang diberangkatkan. Selain penelitian fisik, juga dilakukan penelitian dokumen.

Ini yang menjadi masalah. "Ternyata, importir tidak rapi, ada bedanya. Sebetulnya secara fisik, kami percaya benar. Namun, secara administratif lain," tambah Arif.

Dia menjelaskan, sebenarnya, untuk pemeriksaan fisik ada batas waktu yang diisyaratkan, yakni tiga hari. "Namun, ini tergantung pengurusnya apakah segera ajukan dokumen impor atau tidak.  Ada juga importir, ketika  barang datang, nggak langsung diurus."

Soal tuduhan bahwa jangan-jangan Bea dan Cukai menganggap mobil mahasiswa barang mewah dan komersil, Arif membantah. "Kami tahu itu eks barang dalam negeri yang baru dipakai untuk lomba. Ada fasilitas untuk pembebasan (biaya). Hanya saja secara administrasi kebetulan diurus importir. Jujur, kami tidak tahu barang itu milik siapa, karena atas nama importir."

Arif menjelaskan, di pelabuhan tak hanya ada Bea dan Cukai. "Ada agen pelayaran, forwarder. Ada beberapa barang yang harus mendapat izin Kementerian Perdagangan, Kementerian Industri, atau Badan POM," kata dia.

Soal uang, Bea dan Cukai, tambah dia, hanya menarik bea masuk dan pajak. Namun, jelas dia, ada juga jenis pembiayaan lain, misalnya terminal kontainer. "Memang banyak (biaya), tapi masyarakat awam menganggap biaya apa, tahunya Bea dan Cukai (yang memungut)," jelas dia.

Dua mobil "Semar" yang jadi jago UGM dalam ajang Shell Eco Marathon 2011 di Sepang, Malaysia, mendapat penghargaan. "Semar Proto" menyabet gelar The Best Technical Innovation dan "Semar Urban" menjadi juara 3 untuk kelas gasoline.

Sebelumnya, pembimbing tim Semar, Dr Jayan Sentanuhady mengatakan, dua mobil itu adalah bagian dari penelitian skripsi empat mahasiswa Jurusan Teknik Mesin dan Industri UGM. "Akibat tertahannya mobil "Semar" ini mahasiswa tersebut harus tertunda kelulusannya, karena bahan penelitiannya masih ditahan Bea Cukai," kata dia.

Jaya minta, Bea dan Cukai tidak menahan mobil "Semar" terlalu lama dan tidak membebankan biaya tinggi yang bukan kesalahan dari mahasiswa. "Meskipun mobil "Semar" sarat dengan inovasi-inovasi terkini, tetapi ini mobil kompetisi mahasiswa, bukan mobil sport mewah yang diimpor dari Italia."

Dia menambahkan, kasus sulitnya pemulangan mobil bukan kali pertamanya. Tahun 2010 lalu Tim Semar harus merogoh kantong sekitar Rp30 juta untuk mengeluarkan "Semar". (adi)

Mengupas Tuntas ‘Kenapa Iran Menyerang Israel?’
Sejumlah bus dan truk mengantre untuk mendapar giliran masuk ke kapal di Pelabuhan Bakauheni, Lampung Selatan, yang akan menyeberang ke Pelabuhan Merak, Banten, pada masa arus balik Idul Fitri 1445 Hijriah, Minggu, 14 April 2024.

Bus dan Truk Padati Pelabuhan Bakauheni, Melonjak dibandingkan Sehari Sebelumnya

Kendaraan bus dan truk memadati Pelabuhan Bakauheni, Lampung Selatan, Lampung, sebelum menyeberang ke Pelabuhan Merak, Banten, saat arus balik hari keempat.

img_title
VIVA.co.id
15 April 2024